Betengan , atau masyarakat Jawa menyebutnya dengan istilah 'obak beteng' merupakan permainan tradisional yang mulai hilang tergerus zaman.
Anak-anak zaman sekarang nyaris tidak ada yang memainkannya karena sibuk dengan permainan permainan digital yang tumbuh subur bagai jamur di musim penghujan.
Untuk mengingatkan lagi pemainan betengan , masyarakat desa Ngepeh Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk Jawa Timur, menggelar lomba betengan dengan mengusung tema Betengan Muldoko Cup.
Lomba di gelar selama tiga hari mulai 23 hingga 25 September di Bukit Cinta , Wahana wisata kebanggaan masyarakat setempat.
Dibuka langsung oleh kepala desa Ngepeh , Eko Nanang Cahyono , lomba ini di ikuti 18 tim dari warga setempat dan sekitarnya.
Selain memperebutkan tropi piala Muldoko , betengan ini juga berhadiah uang tunai dengan total jutaaan rupiah.
Dalam permainan betengan ini , tiap tim terdiri dari lima orang pemain , sekali main di beri waktu 15 menit.
Pemain harus menjaga bentengnya masing-masing yang diwujudkan dengan bentuk tiang kayu atau bambu. Tiang ini menjadi tempat berkumpul atau markas masing masing tim.
Pemain yang keluar dari benteng dianggap menyerbu terlebih dahulu. Pemain ini akan dikejar lawan dan jika tersentuh tangan lawan maka dianggap tertangkap dan jadi tawanan lawan, tawanan ini bisa ikut bermain lagi jika berhasil diselamatkan oleh temannya dengan menyentuh bagian tangan atau anggota tubuh lainnya.
Tim yang menang adalah yang berhasil lebih dulu menyentuh markas musuh atau menguasai benteng musuh dengan menyentuh tiang kayu atau bambu.
Meskipun tampak mudah dan sederhana , permainan ini membutuhkan strategi khusus , agar bisa memenangkan pertandingan.
Sorak sorai penonton dan suporter masing masing tim , menambahkan seru pertandingan tradisional ini , sangat disayangkan jika permainan ini akan hilang tergerus zaman.
Selain itu , permainan ini banyak nilai positif bagi anak-anak untuk melatih solidaritas dalam bekerja secara tim.
Reporter : John.